MODEL

Senin, 10 Oktober 2011

seorang peragawati berlenggak-lenggok diatas catwalk. penuh pesona. tubuhnya dilapisi gaun-gaun yang terasa pas. penonton pun bergumam. dan tanpa terasa meneguk air liur. betapa serasinya ! betapa cantiknya model itu ! tapi, jika gaun-gaun itu kemudian ia beli, dan dipakai sang istri, ternyata tak semua cocok dengan pemakaiannya. ada yang kebesaran. tak jarang malah membuat sipemakai kelihatan norak. mengapa bisa begitu? modelnyakah yang salah? karena ia telah menipu pandangan orang.

model, bagaimanapu, adalah bentuk simplikasi. dia hanya menerangkan hubungan sebagian kecil faktor. sebagian besar yang lain dianggap konstan (cateris paribus) atau dapat secara otomatis mengadaptasikan diri terhadap perubahan yang dikehendaki (mutatis mutandis). ketika gaun it terasa pas ditubuh seorang model, ada anggapan bahwa tata lampu, ruangan dan usia dianggap konstan. artinya sama dimana-mana. indahnya sang model hanya ditunjukkan oleh bentuk dan warna gaun dengan tinggi badan dan warna kulit.

orang yang biasanya keranjingan model adalah ahli ekonomi. segala macam teori dimodelkan. tak jarang keptsan besar hanya didasarkan atas hasil perhitungan model. para perencana ekonomi, misalnya banyak terbius oleh model Harrord-Domar. model ini berbicara tentang tingkat pertumbuhan ekonomi (yang diinginkan) dengan investasi dan tabungan yang diperlukan. jadi hanya ada dua faktor yang menentkan tingkat pertmbhan ekonomi. faktor-faktor lain, seperti perusahaan, manajemen, teknologi, pendidikan dan riset, yang juga sangat penting dalam pembangnan, diabaikan. mereka dianggap konstan. atau secara otomatis dapat menyesaikan diri terhadap perubahan yang ingin oleh model.

Gunnar Myrdal dalam asian dramanya menghujat model-model yang hanya menitikberatkan pada variabel-variabel ekonomi tadi. myrdal, seperti halnya Samel O. Hircman, Samuel P Huntington dan Joen M. Nelson, mencoba memasukkan faktor-faktor non ekonomi dalam model-model yang mereka ciptakan. namun, betapapn kompleksnya sebuah model, tak ada jaminan, modellah yang akan membuta berhasilnya pembangunan.

model, pada akhirnya, hanyalah sebah etalase. tempat memajang barang-barang dagangan, agar menarik. agar hubngan antara hasil dan usaha dapat terlihat lebih nyata sebelumnya. lebih-lebih lagi, model dapat digunakan untuk tawar menawar jumlah bantuan luar negeri yang diperlukan.

ternyata, model, ada gunanya jg..(Begawan akuntansi, bapak Soemarso).

PETUAH SIDENRENG : MENYELAMI KEMBALI KEARIFAN NENE’ MALLOMO SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN SIDENRENG RAPPANG YANG LEBIH MAJU DAN BERBUDAYA. (bagian 2)

Rabu, 05 Oktober 2011

Pada suatu hari nene’ mallomo kedatangan seorang tamu yang sangat terhormat yaitu Arung Matoa Wajo. beliau ini bertanya kepada nene’ mallomo ;

aga muala apettu bicara ri sidenreng, nasalewangeng ana’banuammu, na’bija olok-kolo’mu,namoni ase wette muamporeng jajito”. artinya, apakah yang diputuskan di sidenreng ini sehingga rakyatmu sejahtera, ternakmu berkembang biak dan benih padimu yang jelek yang kau sebarkan juga tumbuh baik.

jawaban nene’ mallomo:

iyana uala appettuang bicara ri sidenreng iya naritu alempureng sibawa deceng kapangnge” .  atinya, yang saya ambil keputusan di sidenreng adalah kejujuran dan prasangka baik kepada semua orang.

beberapa tahun kemudian setelah kedatangan tamu terhormat tersebut, rakyat menjadi resah kernak ternak pada  mati, padi sawah pada rusak seluruhnya. nene’ mallomo bertafakkur dan mengambil kesimpulan siksaan dari dewata sewae (tuhan) tersebut pasti ada sebabnya. atas dasar ini nene’ mallomo memerintahkan untuk diadakan penelitian yang jujur dan tidak memihak (jangan membayangkan penelitian ini seperti pansus century yang penuh intrikIn love).

kesimpulan dari penelitian ini adalah anak dari nene’ mallomo yang juga seorang petani mengalami kesulitan sewaktu membajak sawahnya. bajak rusak sehingga tanpa pikir panjang dia mengambil kayu yang telah dipotong dan disandarkan kepohon yang lain. ini disampaikan kepada nen’ mallomo yang langsung menanyakan kepada anaknya atas kebenaran berita tersebut. sang anak mengaku terus terang.

selanjutnya nene’ mallomo memanggil rapat para pabbicara (pemangku adat) dan menguraikan persoalan yang timbul dan penyebabnya. kesimpulan dari nene’ mallomo adalah karena anaknya telah mengambil kayu orang lain tanpa persetujuan pemiliknya maka harus dihukum mati.

para pabbicara melalui yang tertua menyatakan pada nene’ mallomo bahwa:

lemmu manaro nyawamu pasi angkei nyawana ana’mu na aju sipoloe”. artinya sampai hatikah engkau nene’ mallomo membandingkan nyawa anakmu dengan sepotong kayu.

jawaban nene’ mallomo adalah :

“makko gatu pale taro bicarae temmakki ana’  temmakki ambo ada pura onroe”. artinya apakah demikian hukum kita, tidak melihat anak atau bapak.

atas dasar ini anaknya dihukum mati sesuai dengan prosedur. dengan demikian nene’ mallomo telah melaksanakan semua pesan/anjurannya sebagaimana disebutkan terdahulu.

setelah pelaksanaan hukuman mati tersebut rakyat menjadi sejahtera kembali karena ternak kembali berkembang dan padi menjadi baik lagi.

dengan keputusan yang berat dari nene’ mallomo, dia juga telah meletakkan dasar-dasar demokrasi pada jamannya. beliau sewaktu akan dilantik sebagai pejabat di sidrap pada waktu itu bersumpah sebagai berikut :

ooe sipabbanuakku:

angingko ri ki rau kaju

soloka na ki batang

artinya : wahai senegeriku, anda adalah angin dan saya hanyalah sayuran yang lemah.

ada kemungkinan bahwa generasi setelah nene’ mallomo mengambil hikmah dari pesan-pesan tersebut sehingga muncul ungkapan" :

RESOPA TEMMANGINGI NAMALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA ”.

semoga senantiasa semangat ini menjadi penyemangat buat teman-teman pr07ezholic Akuntansi Unhas dan sahabat’’ ku Fitrawan Umar (arsitektur ‘07), Ziaul Haq (Legalitas ‘07), serta Patra Syam (Geologi ‘07) yang sedang berjuang untuk desember dan maret..tetap semangat kawan, pagi yang indah  dan pelangi dari koes plus akan senantiasa menemani.…Send a kissSarcastic smile

KAMBING …

Sewaktu Harry Truman menjadi Presiden Amerika Serikat, di pintu masuk kantornya ia menulis : “TANGGUNG JAWAB BERHENTI DISINI”. adakah yang aneh ? Tidak ! sebagai presiden tentu, dialah penanggung jawab akhir dari segala kebijakan pemerintahan yang diambil seluruh bawahannya. tapi, ada nuansa tertentu yang tersembul dari situ.

semboyan itu memang merujuk pada petunjuk tentang siapa yang salah jika terjadi penyimpangan ? dialah yang berada pada puncak organisasi. sesuai alur tanggung jawab itu sendiri. dan tentu saja berkaitan dengan wewenang yang dimiliki.

tapi mana ada yang sukarela mengaku salah ? yang paling sering dilakukan adalah, jika berhubungan dengan dua pihak, menunjukkan kesalahan bukan di kita tapi dia. ini kalau mungkin. sebab menonjok dia bukan pekerjaan mudah. dia adalah juga partner kita. dia salah, berarti kita juga salah. maka, yang paling aman dilakukan mennjukkan bahwa orang ketigalah yang salah. itulah yang disebut kambing hitam. menunjuk orang ketiga yang salah pastilah aman buat dua belah pihak. yang masih harus menjaga hubungan dalam jangka panjang. apalagi kalau kambing itu agak kabur atawa yang pasti telah salah.

Steven Brown menyebutkan tidak bersedianya menerima tanggng jawab pibadi sebagai kesalahan fatal pertama yang biasa dilakukan oleh manajer. mereka inilah yang selal menyalahkan resesi dunia, persaingan yang tajam dan faktor-faktor  lain sebagai biang kesalahan karena menurunnya bisnis yang dilakukan. manajer yang demikian menurut Brown, adalah yang kurang dapat menjadikan tantangan menjadi peluang.

salahkah orang yang selalu mencari kambing hitam ? Ah, tidak ! itu manusiawi saja. tapi, yang jelas, mereka yang selalu menunjuk kambing hitam bakalan tidak bisa menjadi manajer yang baik. itu kata steven Brown lho ! dan jangan lupa, tidak selamanya kambing hitam bisa disalahkan. suatu ketika si penunjuk kambinglah yang harus out. (disadur dari buku “EDAN”  karya maestro akuntansi bapak SOEMARSO SR).

akhirnya, selamat berpikir buat teman-teman Pr07ezholic yang lagi memikirkan judul untuk skripsi akuntansinya..kembali berjuang dan tetap muda SmileSend a kiss

Asal Muasal Nama 'Sidenreng Rappang'

Jumat, 03 April 2009
Adalah mudah merasa kenal dan akrab dengan satu nama, tapi tidak tahu asal-muasal nama itu dan cerita di baliknya. Citizen reporter memaparkan latar belakang nama sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai lumbung padi Sulsel. (p!) SIDRAP, kata yang sudah tidak asing lagi di pendengaran mereka yang berada di lingkup Sulawesi Selatan. Nama dari salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai lumbung padi. Juga dikenal sebagai masyarakat yang cara bicaranya kasar dan suaranya yang keras, sampai ada ungkapan yang menyatakan ”Lebbimoi Nacairiyye To Bone, Naiyya Nabicie To Sidenreng”. Artinya, lebih baik dimarahi oleh orang Bone daripada dibisik oleh orang Sidenreng Rappang. Namun pun begitu, bagi orang yang menyalami secara mendalam hati dan karakter masyarakat Sidenreng Rappang pasti akan berkata, ”Naiyya To Sidenreng Rappengnge Garagaji Timunna, Sabbe Atinna.” Artinya, sesungguhnya orang Sidenreng Rappang bibirnya ibarat gergaji namun hatinya selembut sutra. Maknanya, tegas tapi bijaksana, keras budi bahasa tetapi halus budi pekerti.
Sidrap adalah kabupaten yang sarat dengan sejarah. Kabupaten yang memperingati tanggal 18 Februari sebagai hari jadinya ini, ternyata mempunyai sejarah dibalik namanya. Saya adalah salah seorang di antara sekian banyak putra-putri Sidenreng Rappang yang tertarik untuk menelusuri jejak sejarah di balik nama kabupaten kami itu. Tulisan yang saya tulis ini merujuk pada buku lontara’ dan hasil seminar tentang hari jadi Sidenreng Rappang, serta berbagai literature lainnya. Dalam buku lontara’ Mula Ri Timpakenna Tana’e Ri Sidenreng halaman 147, dikisahkan tentang seorang raja bernama Sangalla. Ia adalah seorang raja di Tana Toraja. Anaknya ada 9 : La Maddarammeng, La wewanriru, La Togellipu, La Pasampoi, La Pakolongi, La Pababbari, La Panaungi, La Mampasessu, dan La Mappatunru. Sebagai saudara sulung, La Maddaremmeng selalu menekan dan mengintimidasi kedelapan adik-adiknya, bahkan daerah kerajaan adik-adiknya ia rampas semua. Karena semua adiknya tidak tahan lagi dengan perlakuan kakaknya, mereka pun sepakat meninggalkan Tana Toraja. Karena perjalanan yang melelahkan, mereka kehausan lalu mencari jalan ke tepi genangan air di pinggir danau. Namun, danau itu ternyata berada di hutan yang lebat, sehingga sulit bagi mereka untuk mencapainya. Karena harus menembus semak belukar yang lebat, mereka pun Sirenreng-renreng (saling berpegangan tangan). Sesampainya di sana, mereka minum sepuas-puasnya dan duduk beristirahat kemudian mandi. Setelah itu, mereka berdiskusi bertukar pikiran tentang nasib yang merka jalani. Akhirnya, mereka sepakat untuk bermukim di tempat itu. Di sanalah mereka memulai kehidupan baru untuk bertani, berkebun, menangkap ikan, dan beternak. Semakin hari, pengikut-pengikutnya pun semakin banyak.
Tempat itulah yang kemudian dikenal “Sidenreng“, yang berasal dari kata Sirenreng-renreng mencari jalan ke tepi danau, dan danau itulah yang sekarang dikenal dengan danau Sidenreng. Dari situ, terbentuk kerajaan Sidenreng. Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua kerajaan, masing-masing Kerajan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Kedua kerajaan ini sangat akrab. Begitu akrabnya, sehingga sulit ditemukan batas pemisah. Bahkan dalam urusan pergantian kursi kerajaan, keduanya dapat saling mengisi. Seringkali pemangku adat Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih dari komunitas orang Rappang. Pegitu pula sebaliknya, bila kursi kerajan Rappang kosong, mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng . Itu pula sebabnya, sulit untuk mencari garis pembeda dari dua kerajaan tersebut. Dialek bahasanya sama, bentuk fisiknya tidak beda, bahasa sehari-harinya juga mirip. Kalaupun ada perbedaan yang menonjol, hanya dari posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang menempati posisi sebelah Utara, sedangkan kerajaan Sidenreng berada di bagian Selatan. Kedua kerajaan tersebut masing-masing memiliki sistem pemerintahan sendiri. Di kerajaan Sidenreng kepala pemerintahannya bergelar Addatuang. Pada pemerintahan Addatuang, keputusan berasal dari tiga sumber yaitu, raja, pemangku adab dan rakyat. Sedangkan di Kerajaan Rappang rajanya bergelar Arung Rappang dan menyandarkan sendi pemerintahanya pada aspirasi rakyat. Demokrasi sudah terlaksana pada setiap pengambilan kebijakan.
Monumen Ganggawa di Pangkajene.Demokrasi bagi kerajaan Rappang adalah sesuatu yang sangat penting, salah satu bentuk demokrasinya adalah penolakan diskriminasi gender. Perbedaan gender tidak menjadi masalah, khususnya bagi kaum wanita untuk meniti karir sebagaimana layaknya kaum pria. Buktinya, adalah emansipasi wanita sudah ditunjukkan dengan seorang perempuan yang menjadi rajanya, yaitu raja Dangku, raja kesembilan yang terkenal cerdas, jujur, dan pemberani. Wanita yang kemudian dikenal sukses menjalankan roda pemerintahan di zamannya. Pada saat pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949, berakhirlah dinasti Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Ketika bumi Indonesia kemudian melepaskan diri dari belenggu penjajah, ketika pekik kemerdekaan menggema di seantero nusantara, kerajaan Sidenreng lebih awal menunjukkan watak nasionalismenya dengan bersedia melepaskan sistem kerajaan mereka. Padahal sistem itu sudah berlangsung lama, sampai 21 kali pergantian pemimpin. Mereka memilih berubah dan menyatu dengan pola ketatanegaraan Indonesia. Kerajaan akhirnya melebur menjadi kabupaten Sidenreng Rappang, dengan bupati pertamanya H. Andi Sapada Mapangile dan untuk pertama kalinya dalam sejarah pemerintahan Sidenreng Rappang dilakukan pemilihan umum untuk memilih bupati secara langsung pada tanggal 29 Oktober 2008 lalu. (p!).

Ekonomi Islam: Di Luar Spektrum Kapitalisme dan Sosialisme?

Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang harus dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek efisiensi sebagaimana dikenal dalam ekonomi konvensional, melainkan bagaimana agar tindakan di kehidupan duniawi juga menghasilkan imbalan di akhirat.
Dalam sejarah peradaban manusia, ada beberapa bentuk sistem ekonomi yang pernah ditemukan sebagai solusi atas persoalan ekonomi umat manusia. Bentuk paling primitif adalah despotisme, dimana ekonomi diatur oleh sebuah otoritas tunggal, baik seorang atau sekelompok orang yang menjadi pemimpin. Sistem despotik bukannya tidak berhasil. Peradaban-peradaban besar di masa lalu dibangun di atas sistem ini. Problem dengan despostisme adalah ia tidak berkelanjutan. Sistem ini tidak mampu mengatasi problem yang makin kompleks dihadapi umat manusia. Karena itu, sistem ini kemudian punah. Sistem ini setidaknya hanya eksis di tingkat masyarakat yang terbatas.
Ketika bicara soal sistem ekonomi modern, kita biasanya merujuk pada dua sistem besar: kapitalisme pasar dan sosialisme terpimpin. Kapitalisme adalah sistem yang didasarkan atas pertukaran yang sukarela (voluntary exchanges) di dalam pasar yang bebas. Sebaliknya, sosialisme mencoba mengatasi problem produksi, konsumsi dan distribusi melalui perencanaan atau komando. Hal yang perlu digarisbawahi adalah: fakta bahwa ada dua sistem besar dalam ekonomi modern tidak berarti adanya dikotomi atau bipolarisasi.
Dua sistem itu lebih merupakan dua titik ekstrem dalam sebuah spektrum ide. Dalam praktek, sistem ekonomi yang dijalankan oleh negara-negara di dunia saat ini ada di sepanjang spektrum itu. Apa yang disebut ”kapitalisme” dan ”sosialisme”, sesungguhnya punya banyak varian di dalamnya. Selain itu, banyak juga varian dari sistem ekonomi yang tidak didasarkan oleh salah satu atau kedua ide besar itu, misalnya sistem adat di beberapa komunitas.
Bagaimana dengan ”ekonomi Islam”? Diskusi mengenai ekonomi Islam dalam kaitannya dengan sosialisme dan kapitalisme bukanlah soal ”apakah (whether) ekonomi Islam itu sosialisme atau kapitalisme”, tapi lebih kepada ”di mana (where) ia berada dalam spektrum tersebut”. Pertanyaannya: apakah ada perbedaan dari apa yang ditawarkan ekonomi Islam dibandingkan kedua sistem tersebut, serta apakah (bagaimanakah) ekonomi Islam bisa berjalan.
Tinjauan Kritis Terhadap Ekonomi Islam
Deskripsi paling sederhana dari ekonomi Islam adalah ”suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam”, dimana ”keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Alquran, Sunnah, ijma dan qiyas” (Nasution dkk, 2006). Secara umum, lahirnya ide tentang sistem ekonomi Islam didasarkan pada pemikiran bahwa sebagai agama yang lengkap dan sempurna, Islam tentulah tak hanya memberi penganutnya aturan-aturan soal ketuhanan dan iman saja, tapi juga jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi umat manusia, termasuk ekonomi.
Ayat Alquran, hadits dan berbagai literatur Islam klasik, memang memuat berbagai pemikiran mengenai filsafat, perilaku dan institusi ekonomi. Namun, ide tentang adanya sebuah disiplin atau sistem ekonomi yang ’islami’ dalam arti spesifik dan unik, sebenarnya adalah fenomena baru, menurut ekonom dari University of Southern California, Timur Kuran (2004). Menurut Kuran juga, ide ini bisa ditelusuri tidak lebih lama dari awal abad ke-20. Dengan kata lain, pemikiran-pemikiran Islam klasik dalam hal ekonomi sebenarnya lebih merupakan ide-ide terpencar, belum merupakan sebuah desain komprehensif mengenai sistem ekonomi yang islami.
Terlepas dari kapan sebenarnya ide sistem ekonomi Islam lahir, pertanyaan lain adalah di mana posisinya relatif terhadap kapitalisme dan sosialisme? Sebenarnya, sistem ekonomi Islam punya sejumlah karakteristik yang sama baik dengan kapitalisme maupun sosialisme. Dibolehkannya hak milik pribadi dan kebebasan untuk melakukan pertukaran merupakan elemen yang penting dalam kapitalisme. Tapi selain itu, para proponen ekonomi Islam juga menekankan pentingnya intervensi negara, terutama dalam hal keadilan distributif, yang juga menjadi semangat utama sosialisme. Artinya, sistem ekonomi Islam sebenarnya masih berada dalam spektrum yang kita bicarakan. Ia bukanlah sebuah sistem yang benar-benar otentik, berbeda atau ada di luar himpunan sistem ekonomi yang dijalankan di dunia.
Meski demikian, para proponen ekonomi Islam umumnya memandang sistem ini tetap memiliki perbedaan dengan kedua sistem besar itu. Perbedaan yang utama dan pertama adalah: secara epistemologis ekonomi Islam dipercaya sebagai bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga pemikiran ekonomi Islam langsung bersumber dari Tuhan. Kedua, ekonomi Islam dilihat sebagai sistem yang bertujuan bukan hanya mengatur kehidupan manusia di dunia, tapi juga menyeimbangkan kepentingan manusia di dunia dan akhirat.
Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang harus dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek efisiensi sebagaimana dikenal dalam ekonomi konvensional, melainkan bagaimana agar tindakan di kehidupan duniawi juga menghasilkan imbalan di akhirat. Ketiga, sebagai konsekuensi dari landasan normatif itu, sejumlah aspek positif atau teknis dalam ekonomi konvensional tak bisa diaplikasikan karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dibenarkan oleh Islam.
Tiga perbedaan ini membuat proponen ekonomi Islam memandang bahwa sistem ini lebih superior dibandingkan sistem-sistem lain. Tentunya pandangan ini menyisakan sebuah pertanyaan penting. Jika benar sistem ekonomi Islam superior, tentunya ia akan lebih mampu mengatasi masalah dan tantangan peradaban manusia modern. Tapi faktanya, saat ini sistem tersebut bukanlah (atau belum?) merupakan sistem ekonomi yang dominan di dunia, bahkan bukan juga di negara-negara meyoritas Muslim. Kalau ia adalah sistem yang sempurna, mengapa tidak ada rujukan sejarah dimana sistem ini bisa dibilang berhasil dan masih tetap relevan di masa sekarang?
Ekonomi Islam vs. Konvensional
Diskusi mengenai apakah itu ekonomi Islam, dan apa bedaannya dengan sistem yang sudah ada (sosialisme atau kapitalisme) bisa menjadi diskusi yang panjang dan rumit. Masalahnya, itu harus dimulai dari pekerjaan awal yang juga tak mudah: mendefinisikan apa itu ekonomi Islam, dan apa itu sosialisme maupun kapitalisme.
Untuk memudahkan urusan, saya tak akan masuk ke tataran definisi dan filosofi masing-masing. Saya akan membahas tataran praktek; bagaimana ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional secara praktek. Sebagai catatan, yang saya maksud sebagai ”ekonomi konvensional” di sini merujuk pada sistem kapitalisme yang secara teori dibangun atas dasar teori ekonomi neoklasik. Ini adalah teori ekonomi yang menjadi acuan standar sebagian besar fakultas ekonomi di seluruh dunia. Saya tak membuat klaim bahwa sistem ini yang terbaik atau sempurna. Tapi kenyataannya adalah: dalam diskursus ekonomi, teori ekonomi neoklasik sudah menjadi arus utama.
Dari berbagai aspek pemikiran mengenai praktek ekonomi Islam, dalam konteks perbandingan dengan ekonomi konvensional, ada tiga hal yang menjadi isu utama. Pertama, praktek transaksi keuangan dan posisi sistem bunga. Kedua, pemikiran tentang keadilan distributif dan implikasi kebijakannya. Ketiga, pemikiran mengenai landasan moral dalam setiap kegiatan dan keputusan ekonomi.
Pembahasan lebih detail tentang ketiganya akan saya lakukan dalam tulisan mendatang. Secara spesifik, diskusinya akan saya fokuskan pada kritik yang diajukan proponen ekonomi Islam terhadap teori ekonomi konvensional vis-a-vis kapitalisme, dan kritik balik terhadap ”proposal” yang ditawarkan para proponen ekonomi Islam. ***

BHP DAN PEMISKINAN TERSTRUKTUR

Senin, 23 Maret 2009
Desember kelabu,demikian judul sebuah lagu yang sy lupa siapa penyanyinya,tahun 2008 judul lagi tersebut benar'' jadi kenyataan,bukankah di bulan itu kita yang masih merasa dirinya mahasiswa yang bukan sekedar mahasiswa telah dikalahkan oleh penguasa ketika di senayan kumpulan orang yang menamakan dirinya sebagai wakil rakyat telah mengesahkan sebuah undang-undang yang semakin menegaskan keberpihakan penguasa yang semakin jauh dari harapan rakhyat kecil.betapa tidak,ditengah kondisi mayoritas masy. indonesia masih di bawah garis kemiskinan (menurut kenyataan,tidak berdasar pengumuman pemerintah),sebuah undang-undang yang memberikan peluang bagi swasta untuk mengkapitalisasi pendidikan semakin terbuka lebar telah disahkan,betapa tidak;dengan disahkannya BHP maka subsidi pendidikan akan dikurangi sehingga universitas harus berjuang sendiri mencari biaya untuk menghidupi kampusnya..dan cara yang paling logis untuk menutupai biaya'' ini adalah dengan menaikkan biaya spp mahasiswa+pungutan lain (semisal biaya parkir,uang krs,dll).
selain itu BHP akan semakin menjauhkan mahasiswa dari realitasnya sebagai bagian dari masy. mahasiswa akan dididik dengan konsep'' individualis dan acuh terhadap masalah yang dihadapi masyarakat.
masih terbayang dulu,betapa gigihnya para pendiri bangsa ini dalam memperjuangkan pendidikan yang orientasinya betul-betul untuk kepentingan rakyat,tidak ingatkah kita betapa ki hajar dewantara,bung hatta,syahrir,soekarno dan juga kyai haji ahmad dahlan telah rela mengorbankan hidupnya hanya untuk melihat agar bagaimana bangsa ini bisa mendapatkan pengetahuan sehingga tidak mudah dibohongi dan dijajah lagi oleh bangsa lain.tidakkah para anggota dewan dan kita semua tidak merasa bersalah pada mereka yang oleh kita sendiri telah dianggap sebagai pahlawan dengan membuat dan mengesahkan sebuah undang-undang yang akan membawa pendidikan kita ke lubang kehancuran dan kebobrokan..tidakkah ini membuat kita tergerak untuk bangkit dan menuntut agar UU BHP (BADAN HARAM PENDIDIKAN) dicabut.
maka sekarang pilhan hanya ada dua kawan;
DIAM TERTINDAS ATAU BANGKIT DAN MELAWAN

INDONESIA TANAH AIR BETA

INDONESIA TANAH AIR BETA
KATANYA TANAH AIR BETA
INDONESIA SEJAK 65
TETAP DI PUJA-PUJA BANGSA

NYATANYA HATIKU BERTANYA
PETANI DIRAMPAS SAWAHNYA
BURUH MURAH,MISKIN,DAN SENGSARA
SAMPAI AKHIR MENUTUP MATA....